Beberapa jam sebelum Luka Modric dan kawan-kawan merengkuh medali perunggu Piala Dunia 2022, saya lebih dulu dagdigdug. Bukan di stadion, tapi di Main Hall Kalibata City, Jakarta. Bukan adu sepak bola, tapi kompetisi menulis.
13 lagu di mixtape ini akan mengajak kau mengalami sensasi tersebut. Bisa didengarkan di mana saja (selama ada kuota internet, ya). Mungkin bisa menjadi pembunuh bosan saat dirundung kemacetan mahahebat. Mungkin bisa membuatmu terenyuh. Tidak menutup kemungkinan juga akan membuat kau jemu.
Bagi saya Totti seperti kehadiran mentari di pagi hari, atau kecantikan Meryl Streep. Ia adalah keniscayaan. Ia tak boleh tidak ada. Zidane pemain hebat, tetapi ia tak kuasa menolak pinangan Real Madrid. Del Piero juga ikonik, tetapi toh ia dilepeh Juventus dan dijual ke klub Sydney FC nun jauh di Australia.
Saya ingin menceritakan kisah tentang Revin Mangaloksa, kawan saya, yang perlahan menempa diri untuk menulis. Padahal anak ini dulu begitu jauh dengan dunia literasi. Ia lulusan STM dan menempuh kuliah di jurusan teknik. Trajektori hidupnya berputar haluan sehingga pindah ke jurusan sosiologi.
Mungkin keputusanmu ini kau anggap sebagai perjudian. Tak apa. Tak masalah. Dadu sudah kau kocok dan kau singkap. Yang menjadi sisa pertanyaan untuk saat ini adalah bagaimana kau melangkah. Dan terus melangkah.