Dengan tepat pula, buku ini diberi judul Tamasya Bola. Sebab seperti itulah Simaepa memperlakukannya: sebagai pelepas penat dari impitan hidup seorang akademisi. Anda bisa temukan di sini bahwa Simaepa menulis di mana saja ia berada. Dari lembah-lembah terpencil di Mentawai hingga Bogor, dari Yogyakarta hingga di Leiden, Belanda. Di balik beragam tema dan konteks tulisannya, pendekatan yang ia bangun membuat tulisannya tak berjarak dengan realitas. Simaepa mengajak kita bertamasya tapi tidak melupakan nyawa penarasiannya: manusia. Ini bukan sekadar piknik.