Rasa asin tidak mereka jumpai di laut, di pasir pantai, atau di karang-karang hitam nan tajam. Rasa asin tidak mereka temukan di buku-buku dan sandal-sandal. Rasa asin tak meninggalkan jejak—apa lagi pesan—di jalan kampung mereka yang lengang dan berbatu. Rasa asin tak meninggalkan secuil berkahnya di perahu, jaring, dan caping para nelayan. Rasa asin tak juga turun ketika Letnan Yana menyuruh puluhan bocah mendongak dan menjulurkan lidah merah muda mereka ke arah matahari.
fiksi
Selain seratus persen aman, fitur lensa ini sanggup mengamati sasaran dari sudut pandang 360 derajat. Bayangkan saja, lensa ini bisa menjangkau daerah-daerah paling terpencil seperti ketiak atau lipatan paha!
Dari papan penanda di ujung dipan, kudapati ia bernama Cindy. Kebetulan ia mirip aktris Cindy Fatika Sari. Hidungnya bangir seperti orang Arab. Kedua alisnya tajam dan tebal seperti orang Minang. Kulitnya kuning langsat, mulus bak pualam. Aku kerap mengerling ke arah dadanya. Meski kerap ditutupi selimut, gundukan itu membuntal menggoda. Aku perhatikan ia hanya didampingi seorang lelaki, mungkin pamannya. Sesekali beberapa kawan datang membesuk Cindy, tetapi jumlahnya tidak banyak.
Demi puluhan tunggakan yang mencekik; demi ratusan persanggamaan hampa di sepertiga malam; demi anak-anak yang kian hari kian sulit dimengerti; demi para dewa (dewa di langit, dewa di bumi, dewa bermesin), kehidupan kami masih mendamba salah satu pelarian orang-orang zaman kalian: berpiknik, lari sejenak dari segala dan semua yang membebani diri.
Aku mensyukurinya begitu dalam, meski tahu diriku tak ubahnya samsak tinju. Dini sedang berkelahi dengan hidup--dan aku, si samsak tinju, menjadi sarana baginya melampiaskan segala.
Bertahun-tahun sebelum ia menjadi gila, aku telah tahu Kakak akan menghabiskan sisa umur dalam kesunyian nasib.