Identitas terbit pertama kali pada 1998, 14 tahun setelah karya terbaiknya, The Unbearable Lightness of Being, terbit. Ia masih ketus, tentu saja. Tapi tokoh-tokoh dalam Identitas bukanlah penggerutu jempolan seperti Tomas atau Tereza.
buku
Karya yang meraih penghargaan Nobel Sastra tahun 1982 ini adalah magnum opus yang jejak serta pengaruhnya dapat kita temukan di mana-mana. Salah satu penyair luhur Amerika Latin, Pablo Neruda, mengomentari bahwa novel ini merupakan “kebangkitan bahasa Spanyol paling agung sejak Don Quixote-nya Cervantes.”
Dengan tepat pula, buku ini diberi judul Tamasya Bola. Sebab seperti itulah Simaepa memperlakukannya: sebagai pelepas penat dari impitan hidup seorang akademisi. Anda bisa temukan di sini bahwa Simaepa menulis di mana saja ia berada. Dari lembah-lembah terpencil di Mentawai hingga Bogor, dari Yogyakarta hingga di Leiden, Belanda. Di balik beragam tema dan konteks tulisannya, pendekatan yang ia bangun membuat tulisannya tak berjarak dengan realitas. Simaepa mengajak kita bertamasya tapi tidak melupakan nyawa penarasiannya: manusia. Ini bukan sekadar piknik.
This book focuses on said teenagers aspiration/perception on three structural basis: schooling, family, and economy/work
first published here This book came to my possession incidentally. I got it by swapping my Nikolai Gogol’s “Dead Souls” to this very book of friend’s. He knew that at that time, I had been watching Chinese cinema of Chinese’s 5th generation directors, especially those films of Zimao’s. He also […]