Padahal aku hanya ingin membasahi bibir tipis pucatmu
Bukan menyiuminya liar penuh nafsu
Lentera aku genggam, jangan dulu kau padamkan
Kita songsong jalan itu, memang berliku memang penuh paku
Genap dua purnama sejak tuntas kutahu hatimu yang linu
Namun engkau tak mau juga kubuatnya merona menyala dan membara
Awas! Nanti ia padam
Maka dari itu kubawakan kau lentera
Gigi-gigi di bibirmu teratur, mereka bak bentangan mutiara
Putih bersih, indah sekali
Ufuk timur ufuk barat, ‘kan kuajak kau selalu
Jurang curam bukit terjal, ‘kan kutopang kau selalu
Jemariku begitu ingin kukaitkan dengan jemari milikmu
Ini rindu, meski pilu dan bisu
Padahal aku baru sebatas ingin
***
Pondok Bambu, 2 Februari 2014