I
Menemui kawan-kawan lama
di suatu pentas musik
pada hari terakhir bulan ke-3
II
C, orang pertama yang kukenal
Kutemui di pelataran
Duduk menunduk disibukkan kotak kecil berpendar
Gitaris berbakat, namun agak pemalas
Dua tahun lalu C membuatku bangga setengah mati
Orang Batak itu mencatatakan diri di kancah perfilman nasional
sebagai komposer musik
Nanti kau cari namanya di biopik Kartini
yang tayang sebentar lagi
III
Alunan piano, lampu- lampu meremang, dan empat kaleng bir pertama
Dingin. Rasa gurih yang dingin,
yang serta-merta menjadi tajam-menghangatkan
Dari O, kutahu sesuatu
Bahwa MB, band yang terdiri dari cerpenis-seniman-akademisi
sedang menggodok materi
Temanya soal kehidupan menjelang umur 40-an, kata O
Dari G, kutahu sesuatu
Tentang banyak hal yang tak bisa kusebut di sini
Yang jelas tahun ini akan menyenangkan, ucap G
Dan aku kembali memboncengnya dengan motorku
Meski kali ini jalan yang kami susuri bukan Kaliurang
bukan pula Kotabaru
Teman-teman menapaki hidup masing-masing dengan baik
Begitu baik
Mereka orang-orang yang baik
Mau tak mau aku kembali terkenang dan merenung
Kaleng bir ke-5, ke-6, tiba-tiba sudah yang ke-9
IV
Kulihat A, si fotografer panggung andal
Aku ingat, di awal karier, dia sempat menumpang di tempatku
di kaki gunung Merapi
Saya tidak dapat jatah rombongan tur, katanya waktu itu
Kamar hotel sudah penuh oleh rombongan
Juga perangkat musik yang berjejal
Ia bercerita banyak:
tentang pertaruhannya meninggalkan kuliah
— lalu banting stir ke jagat fotografi
Kuhampiri A
A! Masih ingat dengan saya? kataku
Ah, ya iya lah, jawab A
Dia tidak berubah dan dengan fakta itu aku turut bersyukur
Banyak sekali jiwa-jiwa pelupa di dunia, sobat
V
Siang ini, dengan kepala campuraduk
Kujelajahi ruang maya
Kutemukan proyek terbaru dari J
Bersama seorang pianis bernama C
J orang Sheffield, menjadi remah-remah dari suatu kejayaan musik
— tiga dekade yang lalu
Bersama grup musiknya: P
Siang merangkak
Melaju menuju sore
Ornamen-ornamen di malam tadi kutemukan di karya J yang teranyar:
Piano,
kegelisahan tentang umur,
kamar hotel nan sempit
dan pertemuan-pertemuan ganjil
Sayang sungguh sayang
— tiada bir ke-10 untuk sore ini ♦
(Ilustrasi: “Room in New York”, Edward Hopper, 1932)