Orang kota menyambut hujan dengan gusar sementara yang di desa menari riang
desir hujan selalu ingin membuatku ke tepian.. tepian kasur
gelak tawa berganti cemberut, riang canda menghilang, rencana berantakan.
oh, tuhan, dimana saklar hujan kau sembunyikan?
mereka ulang lekuk wajahmu lekas-lekas
menerka lagi harum tubuhmu keras-keras
aku takut hujan membuatnya lepas tanpa bekas
lalu aku mematung memandang tirai hujan yang tak habis-habis
sesuatu di balik celana ikut mematung
***
Pondok Bambu, 19 Januari 2014